Laman

open

Jumat, 27 Mei 2016

Sneak Preview unTouchable Episode 97 Bahasa Indonesia












Untuk melihat gambar-gambarnya, kamu bisa buka langsung Episode 97 dari Naver Webtoon Korea di sini.

Belum baca teks terjemahan episode sebelumnya? Cek di sini.

Gambar tidak disertakan karena dibatasi kontrak dengan pengarang.

BACA JUGA UNTOUCHABLE BAHASA INDONESIA (VERSI SUDAH BERGAMBAR)
YANG TERSEDIA DI SINI

JANGAN MENERUSKAN JIKA TIDAK INGIN SPOILER.


Kode warna:
Sia = Hitam Tebal
Jiho = Oranye
Baryu = Kuning
Sihwan = Abu-Abu
Mr. Choi = Merah
Moran = Ungu
Figuran lain = Hijau, dll.
Italic/Miring = tidak diucapkan

Narasi:
italics, hitam biasa



----- START ----














Hari H telah tiba, Sia kini boleh pulang ke apartemennya. Sebelum meninggalkan rumahnya, dia berpamitan pada ayah, ibu dan adiknya di depan pintu. Sang ayah mengembalikan HP-nya

"Ini HP-mu" kata ayahnya

"Tapi jangan dikira kamu bisa tenang-tenang saja sesudah pulang ke apartemen. Pokoknya kalau ada kejadian aneh sedikit saja, kamu akan ayah panggil pulang. Mengerti?"

".............."

Sia hanya diam saja mendengar kata-kata ayahnya


"Ayo, mana jawabannya?!"

"...... i-iya aku tahu", jawab Sia dengan terpaksa


"Begitu sampai di apartemen, langsung hubungi ayah! Kalau capek sepulang kerja, harus langsung tidur! Mengerti?!"

"Iya nanti aku hubungi kalau sudah sampai"

"Kak, kapan-kapan datang lagi main-main ya." kata Ragi



Setelah itu, Sia pun berjalan pergi dari rumahnya, tetapi dia terkejut di depannya telah berdiri seseorang membukakan pintu mobil. Dia adalah Moran, kakaknya.

"...Naiklah", katanya.





























unTouchable Episode 97
Tidak Mungkin Seperti Itu!














Mobil biru yang dikendarai Moran itu akhirnya tiba di kompleks apartemen Sia.

Sebelum turun dari mobil, Sia berbicara dengan kakaknya.

"Aku tahu kakak tidak akan mau mendengar kata-kataku. Makasih sudah mengantarku sampai ke sini. Aku bisa jalan kaki sendiri dari sini."


"..........."


Moran diam sejenak, lalu bertanya

"Soal itu, apa sudah kamu putuskan?"

"Kamu pasti sudah sadar, kenapa aku sengaja datang mengantarmu ke sini."



".............."

"Ya! Kalau urusan berapa banyak makanan yang harus diberikan buat kucing yang ada di halaman rumah, yang itu sudah sejak dulu kuputuskan!" Jawab Sia dengan tidak serius.

"...Minta kupukul kepalamu ya?"


"... Kalau disuruh putus sama Jiho, aku nggak mau!"

"...Sia, kamu ini benar-benar ya...!"

"... Memangnya kenapa? Kenapa Ragi diijinkan tapi aku nggak?!"

" ...! " Moran terkejut

"Aku ini sudah tahu kalau Ragi juga pacaran sama manusia dan menghisap tenaganya."

"Aku juga sudah tahu kalau ayah suruh dia nggak boleh bilang-bilang masalah ini sama aku!"

"Tapi aku malah disuruh putus... apanya yang adil?!"

"Aku tahu kalau sejak kecil aku ini nakal, suka lari ke sana-sini"

"Makanya ayah jadi keras kalau sama aku."

"Aku juga tahu, kalau kalian semua berbuat begini karena khawatir sama aku."

"Tapi aku ini sudah besar!"

"Nggak perlu diapa-apain, aku juga sudah bisa mengurusi diriku sendiri!"

"Aku berani jamin kalau aku sewaktu kecil sudah nggak sama dengan aku yang sekarang"

"Jadi kak... tolong jangan berbuat begini lagi!"


"..........."


Moran diam sejenak




"Ya sudah, kalau begitu... terserah kamu saja"









Sia turun dari mobil itu, sementara Moran terdiam sendirian di dalamnya. Sambil disirami cahaya mentari senja, dia berkata-kata sendiri

"Terserah lakukan apa saja sesukamu..."

"Pada akhirnya, kalian tetap tidak akan mungkin bersama."

















Ting-Tong, suara bel pintu apartemen Jiho ditekan. Lalu Jiho pun keluar membukakan pintu

"Maaf... siapa...?", tanya Jiho selagi membuka pintu


"Jiho!! Aku pulang!!!"


Tiba-tiba Sia langsung memeluk Jiho!

"S-Sia??"

"Kok tiba-tiba kamu sudah kembali? Kenapa nggak menghubungi aku dulu...?"

"Aku ingin bikin surprise ke kamu, makanya aku nggak telepon dulu"

"Masa kamu nggak sadar hiasan HP-mu bersinar?"

"Ah... maaf, soalnya tadi aku sibuk mengerjakan yang lainnya"

"Bagaimana, apa kamu sudah menungguku baik-baik? Ada kejadian selama aku pergi nggak?"

"Ah... nggak ada... apa-apa... kok. Kalau kamu?" jawab Jiho terpatah-patah

"Duh, kalau aku sih capek setengah mati. Seharian diawasi terus sama ayahku."

"Mau pergi ke mana-mana juga nggak bisa. Masa sampai aku pergi kerja saja dia juga ikut?"

"Rupanya begitu. Kamu pasti capek sekali."




"Tapi aku lega kok Jiho, sekarang semuanya sudah selesai"

"Jadi sekarang aku bisa peluk-peluk kamu" kata Sia sambil memeluk Jiho

"Sekarang nggak akan ada yang mengganggu kita, lho."

"Jadi sekarang kita bisa berduaan terus seharian"

Kata Sia dengan manis, namun ekspresi Jiho tetap kosong


"Ayuk Jiho, hari ini kita seharian..."

Belum selesai Sia bicara, Jiho menyela


"Sia, saat ini aku lagi sibuk... kita ketemu lagi besok saja." 

"Kamu juga baru datang, pasti capek kan? Istirahatlah dulu"


"Eh...? Emm... baik..lah..." jawab Sia sambil agak bingung dengan tanggapan Jiho.


"Kalau begitu, kamu kerjakan dulu kerjaanmu ya, besok aku cari kamu lagi"

"Iya. Selamat istirahat."


BLAM! Jiho pun masuk dan pintu apartemennya ditutup. Sementara Sia masih berdiri di luar kebingungan

"Kok begini... Memang dia lagi sibuk apa ya?"

"Aku kira dia tadi bakalan senang ketemu aku"

"Padahal... hari ini aku sudah siap mau seharian bersama dia."

Kata Sia dengan wajah agak menyesal.


"Tapi ya sudahlah, hari ini nggak kesampaian juga nggak apa-apa kok."

"Pokoknya sudah nggak bakalan diganggu sama ayah dan kak Moran lagi, jadi aku bisa ketemu Jiho sesukanya"

Dan Sia pun berhasil menghibur dirinya sendiri











Sementara itu, Jiho masih berdiri di belakang pintu apartemennya. Dia mengingat-ingat kata-kata yang dikatakan Moran padanya.


"Menurutmu, kenapa Sia mau pacaran sama kamu?"

"Apa kamu tidak merasa kalau dia punya alasan yang lainnya?"

"Alasan... yang lainnya?" 


"Dulu sewaktu aku bicara denganmu, aku langsung tahu."

"Kalau perasaanmu terhadap Sia itu jujur..."

"Aku sendiri juga tidak ingin bilang begini..."

"Tapi sebelum terjadi luka batin yang tidak diinginkan, aku ingin bilang ini sama kamu..."

"Kak Moran... sebenarnya ini pembicaraan apa...?" 






"Dengarkan aku baik-baik"

"Sia itu... dia cuma menjadikan kamu mangsanya"


"Mangsa...?" 
 Jiho kebingungan.

"Aku tidak tahu apakah kamu sempat merasakan ini atau tidak...

"





"Tapi Sia itu sangat obsesif dengan yang namanya sentuhan"





"Jadi dia tidak cocok untuk serius berpacaran"





"Di mata Sia, pacaran hanya ada untuk memudahkan dia menyentuh orang saja"





"Seandainya nanti terjadi hubungan fisik... kalian pasti akan putus sesudahnya"









"Tapi itu tidak mungkin...!! Sia...!!" 






"Sewaktu awal-awal mendekatimu, Sia sengaja memintaku supaya membantu agar penyakitmu sembuh"





"Saat itu dia meminta begini kepadaku"





"Dia meminta tolong padaku supaya pada akhirnya dia bisa menyentuh-nyentuh kamu"





"Jika berhasil menjadi pasangan kekasih, dia akan bebas menyentuh-nyentuh kamu."





"... menurut kamu, kenapa dia segitu niatnya bela-belain agar kamu sembuh, padahal dia tidak punya urusan sama sekali denganmu?"





"Apa kamu tidak merasa ada yang aneh?"























Selesai mengingat-ingat, Jiho langsung berkata dengan tatapan tajam










"Tidak mungkin..." 












"Ini mustahil..."


















----- TO BE CONTINUED ----






SUMBER TEKS BERASAL DARI UNTOUCHABLE LINE WEBTOON BAHASA MANDARIN DAN KOREA. NARASI KAMI TAMBAHKAN SENDIRI UNTUK MEMPERMUDAH MEMBAYANGKAN TANPA MELIHAT GAMBARNYA. HASIL AKHIR PADA KOMIK BISA JADI ADA PERBEDAAN KARENA AKAN MENGALAMI PENYESUAIAN BEGITU VERSI INGGRISNYA KELUAR.