Untuk melihat gambar-gambarnya, kamu bisa buka langsung Episode 98 dari Naver Webtoon Korea di sini.
Belum baca teks terjemahan episode sebelumnya? Cek di sini.
Gambar tidak disertakan karena dibatasi kontrak dengan pengarang.
BACA JUGA UNTOUCHABLE BAHASA INDONESIA (VERSI SUDAH BERGAMBAR)
YANG TERSEDIA DI SINI
JANGAN MENERUSKAN JIKA TIDAK INGIN SPOILER.
Kode warna:
Sia = Hitam Tebal
Jiho = Oranye
Baryu = Kuning
Sihwan = Abu-Abu
Mr. Choi = Merah
Moran = Ungu
Figuran lain = Hijau, dll.
Italic/Miring = tidak diucapkan
Narasi: italics, hitam biasa
----- START ----
Cerita diawali dengan flashback kata-kata Moran kepada Jiho
"... menurut kamu, kenapa dia segitu niatnya bela-belain agar kamu sembuh, padahal dia tidak punya urusan sama sekali denganmu?"
"Tidak mungkin, Sia..."
"Atau jangan-jangan......... semua itu......."
"...........Jihoooo......!", Sia memanggil Jiho,
Seketika itu juga Jiho langsung tersadar dari pikiran beratnya. Rupanya mereka sedang bersama-sama
"Kamu mikir apaan sih?" Tanya Sia sambil mendekatkan wajahnya pada Jiho
"Kamu nggak apa-apa nih?"
"..............Ah"
YANG TERSEDIA DI SINI
JANGAN MENERUSKAN JIKA TIDAK INGIN SPOILER.
Kode warna:
Sia = Hitam Tebal
Jiho = Oranye
Baryu = Kuning
Sihwan = Abu-Abu
Mr. Choi = Merah
Moran = Ungu
Figuran lain = Hijau, dll.
Italic/Miring = tidak diucapkan
Narasi: italics, hitam biasa
Cerita diawali dengan flashback kata-kata Moran kepada Jiho
"... menurut kamu, kenapa dia segitu niatnya bela-belain agar kamu sembuh, padahal dia tidak punya urusan sama sekali denganmu?"
"Apa kamu tidak merasa ada yang aneh?"
"Kalau diingat-ingat... memang benar, terasa ada sedikit yang aneh" kata Jiho dalam hati sambil mengingat-ingat sejumlah kejadian bersama Sia.
Pertama-tama sewaktu Jiho tanya kenapa Sia selalu mengikutinya
"...... S-soalnya... aku suka sama kamu!" kata Sia waktu itu.
Pertama-tama sewaktu Jiho tanya kenapa Sia selalu mengikutinya
"...... S-soalnya... aku suka sama kamu!" kata Sia waktu itu.
"Pada diriku yang baru pertama kali ditemuinya, kenapa dia berbuat begitu...?"
Kali ini Jiho mengingat-ingat sewaktu Sia memintanya lepas baju di sesi pemotretan.
"Buka dulu bajumu" kata Sia waktu itu.
"Kenapa dia memaksaku berbuat semua itu..."
Kemudian dia mengingat-ingat sewaktu Sia melepas bajunya merayu-rayu Jiho.
"Apa kamu tidak ingin tahu.... dengan sesuatu yang lainnya?" kata Sia waktu itu.
"Di mata Sia, pacaran hanya ada untuk memudahkan dia menyentuh orang saja" kata-kata Moran menggema lagi.
"Tidak mungkin, Sia..."
"Atau jangan-jangan......... semua itu......."
"...........Jihoooo......!", Sia memanggil Jiho,
Seketika itu juga Jiho langsung tersadar dari pikiran beratnya. Rupanya mereka sedang bersama-sama
"Kamu mikir apaan sih?" Tanya Sia sambil mendekatkan wajahnya pada Jiho
"Kamu nggak apa-apa nih?"
"..............Ah"
unTouchable Episode 98
Maukah Menginap Bersamaku?
"Kamu kenapa sih?" tanya Sia
"Dari tadi kamu rasanya nggak fokus..."
"Ah...ng...nggak ada apa-apa kok
Aku cuma... kepikiran soal kerjaanku saja."
"Ternyata begitu ya...? Ternyata sudah begitu lama kita tak bertemu, sekarang kamu lebih mementingkan kerjaanmu daripada kata-kataku..." Kata Sia dengan muka pura-pura sedih dan bertelinga kucing.
"Waah bagian yang mana nih? Kamu bikin novel horor kan? Bicarain sama aku aja! Aku ini sering baca novel sama nonton film horor lho!"
"Eh? Ah.... ini...." Jiho bereaksi dengan keringat dingin
"...BAIKLAH!" Sanggah Sia sambil menggebrak meja.
"Hah?????" Jiho kebingungan
"T, t-tunggu Sia...!"
Cerita berpindah ke sebuah daerah yang jauh dari tengah kota, dekat dengan gunung Baekdu. Settingnya mirip dengan tempat yang pernah diinapi Jiho dan Sia beberapa episode lalu (tetapi lokasinya berbeda).
"Biasanya cerita horor kan sering pakai tempat yang jarang dikunjungi orang, misalnya gunung, ya kan?"
"Dulu aku pernah datang ke sini. Sebagai penulis nggak baik kalau kamu cuma diam saja di rumah. Mana bisa menulis karya yang bagus, ya kan?"
"Kamu harus ke sini melihat tempat ini secara langsung. Nanti kamu bisa dapat banyak inspirasi."
"Dulu aku pernah ikut sesi pemotretan di sini. Kalau masuk lebih dalam lagi, nanti bakalan ketemu jalan ke gunung yang lumayan tenang."
"Ayuk kita ke sana yuk!"
"Daun-daunnya semuanya jadi merah oranye yah"
"Dulu waktu pertama kali kita ketemu, waktu itu musim semi kan... nggak terasa waktunya berjalan cepat"
"Waktu itu kita sama sekali nggak menyangka kalau kita bisa punya hubungan seperti ini..."
"Aku senang banget lho sekarang kita bisa jalan gandengan tangan seperti ini"
"Dulu-dulu kamu sangat bersihan, sampai mau menyentuh kamu saja aku nggak bisa lho!"
"Aku sudah tahu kalau aku berusaha pasti akan ada hasilnya"
Selesai mengingat-ingat kata-kata Moran, Jiho membuka mulut hendak menanyai Sia...
"Eh, Jiho!! Lihat ini! Lihat!"
"Ada sumur tua lho, menurutmu gimana?"
"Keren kan?! Di tempat begini juga jarang orang lewat, kalau malam hari pasti serem banget!"
"Waah! Kalau ini gimana? Jiho?! Kalau jadi penjahat rasanya cocok buat nyembunyiin mayat di sini lho...!" Sia menemukan tempat lainnya lagi.
Maukah Menginap Bersamaku?
"Kamu kenapa sih?" tanya Sia
"Dari tadi kamu rasanya nggak fokus..."
"Ah...ng...nggak ada apa-apa kok
Aku cuma... kepikiran soal kerjaanku saja."
"Ternyata begitu ya...? Ternyata sudah begitu lama kita tak bertemu, sekarang kamu lebih mementingkan kerjaanmu daripada kata-kataku..." Kata Sia dengan muka pura-pura sedih dan bertelinga kucing.
"Ah.... maaf ya, ini cuma
ada bagian yang agak sulit aku tulis."
"Eh? Ah.... ini...." Jiho bereaksi dengan keringat dingin
"Ah... i, ini... bagian setelah tokoh utamanya membunuh orang..."
"Aku masih bingung bagaimana caranya dia menyembunyikan mayat korbannya, jadi..."
"...BAIKLAH!" Sanggah Sia sambil menggebrak meja.
"Masalah yang seperti ini, serahkan saja padaku"
"Hah?????" Jiho kebingungan
"Ayo ikut sama aku! Kita harus ke sana sebelum hari gelap!" kata Sia waktu itu.
"T, t-tunggu Sia...!"
Cerita berpindah ke sebuah daerah yang jauh dari tengah kota, dekat dengan gunung Baekdu. Settingnya mirip dengan tempat yang pernah diinapi Jiho dan Sia beberapa episode lalu (tetapi lokasinya berbeda).
"Kenapa tiba-tiba mengajakku ke sini?"
"Biasanya cerita horor kan sering pakai tempat yang jarang dikunjungi orang, misalnya gunung, ya kan?"
"Dulu aku pernah datang ke sini. Sebagai penulis nggak baik kalau kamu cuma diam saja di rumah. Mana bisa menulis karya yang bagus, ya kan?"
"Kamu harus ke sini melihat tempat ini secara langsung. Nanti kamu bisa dapat banyak inspirasi."
"Dulu aku pernah ikut sesi pemotretan di sini. Kalau masuk lebih dalam lagi, nanti bakalan ketemu jalan ke gunung yang lumayan tenang."
"Ayuk kita ke sana yuk!"
".................."
Jiho diam saja melihat Sia yang sedang semangat.
"Daun-daunnya semuanya jadi merah oranye yah"
"Soalnya bulan Oktober sudah mau habis, kan?"
"Dulu waktu pertama kali kita ketemu, waktu itu musim semi kan... nggak terasa waktunya berjalan cepat"
"Waktu itu kita sama sekali nggak menyangka kalau kita bisa punya hubungan seperti ini..."
"Aku senang banget lho sekarang kita bisa jalan gandengan tangan seperti ini"
"Dulu-dulu kamu sangat bersihan, sampai mau menyentuh kamu saja aku nggak bisa lho!"
"Aku sudah tahu kalau aku berusaha pasti akan ada hasilnya"
"................................"
Jiho hanya diam saja mendengar kata-kata Sia,
lalu teringat lagi kata-kata Moran
"Saat itu dia meminta begini kepadaku"
"Dia meminta tolong supaya pada akhirnya dia bisa menyentuh-nyentuh kamu"
"Jika berhasil menjadi pasangan kekasih, dia akan bebas menyentuh-nyentuh kamu."
Selesai mengingat-ingat kata-kata Moran, Jiho membuka mulut hendak menanyai Sia...
"....Sia... ada yang ingin kutanyakan..."
"Ada sumur tua lho, menurutmu gimana?"
"Eh... i-iya"
"Keren kan?! Di tempat begini juga jarang orang lewat, kalau malam hari pasti serem banget!"
"....i-iya"
"Ah... Sia... nggak usah terlalu..." Kata Jiho terputus karena kesulitan mengajaknya bicara
"Ini ada semak-semak, pasti mantap!"
"Atau bisa juga di atas pohon, kan?"
"Atau mungkin bisa ditumpukin batu-batu, bisa saja nggak ketahuan, kan? Walau agak berat sih"
"Jiho! Menurutku di sini bagus juga lho, banyak dedaunannya."
"Di tempat seperti ini biasanya nggak ketahuan kalau di dalamnya ternyata ada...."
Belum selesai Sia bicara, tiba-tiba dia terperosok jatuh. Jiho langsung kaget dan berlari mendekatinya
"Jiho!! Ini keren banget!!!!"
"Lihat nih, ternyata di baliknya ada lobangnya!! Gara-gara ditutupin daun, aku jadi nggak tahu!!"
"Mirip lobang ini, kalau kamu gali-gali lagi, terus ditutupin lagi, nggak bakalan ada orang yang tahu, ya kan?!"
"Tul kan? Apa kubilang! Datang ke tempat aslinya itu sangat penting..."
"Atau bisa juga di atas pohon, kan?"
"Atau mungkin bisa ditumpukin batu-batu, bisa saja nggak ketahuan, kan? Walau agak berat sih"
"...dia sama sekali nggak mendengarkan" Kata Jiho dalam hati.
"Jiho! Menurutku di sini bagus juga lho, banyak dedaunannya."
"Di tempat seperti ini biasanya nggak ketahuan kalau di dalamnya ternyata ada...."
Belum selesai Sia bicara, tiba-tiba dia terperosok jatuh. Jiho langsung kaget dan berlari mendekatinya
"Sia!!! Kamu nggak apa-apa?"
"Kamu kepeleset ya? Luka nggak...?"
"Lihat nih, ternyata di baliknya ada lobangnya!! Gara-gara ditutupin daun, aku jadi nggak tahu!!"
"Mirip lobang ini, kalau kamu gali-gali lagi, terus ditutupin lagi, nggak bakalan ada orang yang tahu, ya kan?!"
"Tul kan? Apa kubilang! Datang ke tempat aslinya itu sangat penting..."
"........................."
Jiho terdiam sejenak, dia bersyukur ternyata bukan masalah besar, lalu dia pun tersenyum lega dan tertawa.
"Hahaha, kamu lagi ngapain Sia??"
"Heh?? Apaan sih?? Kok ketawa?"
Kemudian Sia keluar dari lobang itu, duduk di bangku kayu di dekat situ, sambil lututnya diberi plester oleh Jiho.
"Beres!"
"Modalnya seorang model itu tubuh mereka, kan? Kamu harus lebih hati-hati."
"Soalnya di gunung sangat berbahaya"
"Dari dulu sebenarnya aku penasaran lho Jiho, kamu suka bawa-bawa tas kecil itu isinya apa. Ternyata perlengkapan P3K."
"Ini sudah kebiasaanku. Dan akhirnya hari ini terpakai juga."
"Aku rasa cukup sampai di sini saja. Ayo kita kembali."
"Maaf ya, merepotkan kamu..."
"Aku cuma... ingin bisa bantu kamu aja." Kata Sia sambil tersenyum
"Aku ingin bantu biar beban kamu jadi berkurang......"
DEG! Mendengar itu, Jiho langsung tersadar
"Ya... sudah pasti!"
"Yang dikatakan Moran, pasti tidak benar!" Katanya dalam hati
"Sia... kamu tahu nggak, sebenarnya kalau kamu diam saja, kamu juga sudah membantuku lho?"
"Haah? Kata-katamu sadis tauk!"
Sambil dibaluti cahaya kuning dan dedaunan oranye, keduanya hangat dan romantis sekali.
Hari sudah sore, dan Jiho mengantar Sia kembali ke apartemennya. Dia berada di pintu rumah Sia ngobrol sebentar sambil mau berpamitan.
"Berkat kamu, hari ini aku jadi tenang"
"Begitu kamu ajak aku pergi, rasanya beban pikiran ini jadi hilang. Makasih ya!"
"Hehe, aku nggak nambahin bebanmu saja sudah senang kok."
"Baiklah, kamu istirahatlah dulu aja. Hari ini kamu sudah banyak-banyak jalan kan?"
"Eh! Tapi Jiho, t-tunggu dulu."
"Ini kan jarang-jarang kita bisa berduaan begini. Jangan cepat-cepat pulang gitu dong."
Sia menahan Jiho, sambil merona
"A-apalagi ini masih sore kok..." Sia makin merona
"Jadi aku rasa kita bisa..."
"Emm... Kita juga masih punya sesuatu... yang waktu itu nggak sempat kita lakuin kan?
Sia 100% merona
"Jadi, malam ini... kamu mau nginap di tempatku nggak?"
Dan Jiho pun tercengang
----- TO BE CONTINUED ----
----- TO BE CONTINUED ----
SUMBER TEKS BERASAL DARI UNTOUCHABLE LINE WEBTOON BAHASA MANDARIN DAN KOREA. NARASI KAMI TAMBAHKAN SENDIRI UNTUK MEMPERMUDAH MEMBAYANGKAN TANPA MELIHAT GAMBARNYA. HASIL AKHIR PADA KOMIK BISA JADI ADA PERBEDAAN KARENA AKAN MENGALAMI PENYESUAIAN BEGITU VERSI INGGRISNYA KELUAR.